Nama dan nasab lengkap beliau adalah Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi bin ‘Amru bin Tamim Al-Farahidi Al-Azdi Al-Yahmadi Al-Bashri. Namun beliau lebih dikenal dengan Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi saja. Kunyah beliau adalah Abu Abdirrahman.
Dan nama lengkapnya dalam bahasa Arab seperti ini ( الخليل بن أحمد بن عمرو بن تميم الفراهيدي الأزدي اليحمدي ). Beliau lahir di Oman pada tahun 100H. Dan sejak kecil sudah hijrah ke Basra, dan menetap di sana hingga wafat.
Dan nama lengkapnya dalam bahasa Arab seperti ini ( الخليل بن أحمد بن عمرو بن تميم الفراهيدي الأزدي اليحمدي ). Beliau lahir di Oman pada tahun 100H. Dan sejak kecil sudah hijrah ke Basra, dan menetap di sana hingga wafat.
Guru-Guru Beliau
Sejak dini beliau tekun menuntut ilmu, dan berguru dari beberapa ulama besar.
Guru bahasa Arabnya antara lain: Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami, Abu Amru Al-Bashri, dan Isa bin Umar Ats-Tsaqafi.
Guru bahasa Arabnya antara lain: Ibnu Abi Ishaq Al-Hadhrami, Abu Amru Al-Bashri, dan Isa bin Umar Ats-Tsaqafi.
Selain ilmu bahasa Arab, beliau juga belajar hadits dan meriwayatkannya dari beberapa ulama hadits, Yaitu: Ayyub As-Sikhtiyani, Ashim bin Sulaiman Al-Ahwal, Al-‘Awwam bin Hausyab dan Ghalib Al-Qathan.
Murid-Murid Beliau
Karena beliau adalah seorang ulama besar, banyak orang yang datang ingin menjadi muridnya untuk menguras ilmu yang ia miliki.
Berikut ini beberapa nama-nama murid yang menonjol dan disebutkan oleh ahli sejarah, diantaranya adalah Sibawaih, Abdulmalik bin Quraib Al-Asma’i, Al-Kisa’i, An-Nadhar bin Syamil, Harun bin Musa an-Nahwi, Wahb bin Jarir, dan Ali bin Nashr al-Hadhrami.
Sifat dan Akhlak Beliau
Berikut ini beberapa nama-nama murid yang menonjol dan disebutkan oleh ahli sejarah, diantaranya adalah Sibawaih, Abdulmalik bin Quraib Al-Asma’i, Al-Kisa’i, An-Nadhar bin Syamil, Harun bin Musa an-Nahwi, Wahb bin Jarir, dan Ali bin Nashr al-Hadhrami.
Sifat dan Akhlak Beliau
Keluasan ilmu dan kejeniusan Al-Khalil (julukan beliau) sudah tidak diragukan lagi. Namun begitu, ia tetap rendah hati, bahkan dikenal sebagai zaahid (ahli zuhud) dan wari’ (orang yang menghindari berlebihan dalam hal-hal yang mubah). Dan para ulama sejarah sepakat, bahwa tidak ada ahli bahasa yang lebih mulia akhlak dan jiwanya dari beliau.
Ibnu Khalikan menukil dari salah satu muridnya An-Nadhr bin Syumail, ia berkata:”Al-Khalil tinggal di sebuah gubuk di kota Basra, yang harganya tidak lebih dari 2 fils (nominal yang sangat rendah sekali), padahal murid-muridnya mendapatkan banyak harta dari ilmu yang mereka peroleh darinya“.
Pernyataan tersebut menunjukkan kezuhudan dan berpalingnya dari kemewahan dunia. Padahal jika beliau mau, bisa saja ia meminta setiap yang ingin berguru kepadanya untuk membayar iuran tetap. Namun dengan ketinggian dan keluasan ilmunya, beliau tidak sombong dan takjub, atau menggunakannya untuk meraih kesenangan dunia.
Disebutkan bahwa gubernur Persia dan Ahwaz di masa itu mendengar perihal kehidupan beliau yang sahaja, bahkan sulit, ia ingin memberinya insentif bulanan dari harta negara, supaya bisa menutupi kebutuhan hidupnya.
Lalu ia mengutus utusannya kepada Al-Khalil dan mengundangnya ke istana.
Namun ketika utusan gubernur tiba, ia menyambutkan, lalu mengeluarkan roti kering dan berkata: “Katakan kepada tuanmu, aku tidak bisa menerima apa yang ia berikan, selama aku bisa mendapatkan ini, sudah cukup bagiku“.
Subhanallah, alangkah mulianya jiwa tersebut. Maka, tidaklah berlebihan ketika Imam Sufyan bin Uyainah –rahimahullahu– berkata: “Siapa yang ingin melihat orang yang diciptakan dari emas dan kasturi, hendaklah ia melihat kepada Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi.“
Karya Ilmiyyah
Ibnu Khalikan menukil dari salah satu muridnya An-Nadhr bin Syumail, ia berkata:”Al-Khalil tinggal di sebuah gubuk di kota Basra, yang harganya tidak lebih dari 2 fils (nominal yang sangat rendah sekali), padahal murid-muridnya mendapatkan banyak harta dari ilmu yang mereka peroleh darinya“.
Pernyataan tersebut menunjukkan kezuhudan dan berpalingnya dari kemewahan dunia. Padahal jika beliau mau, bisa saja ia meminta setiap yang ingin berguru kepadanya untuk membayar iuran tetap. Namun dengan ketinggian dan keluasan ilmunya, beliau tidak sombong dan takjub, atau menggunakannya untuk meraih kesenangan dunia.
Disebutkan bahwa gubernur Persia dan Ahwaz di masa itu mendengar perihal kehidupan beliau yang sahaja, bahkan sulit, ia ingin memberinya insentif bulanan dari harta negara, supaya bisa menutupi kebutuhan hidupnya.
Lalu ia mengutus utusannya kepada Al-Khalil dan mengundangnya ke istana.
Namun ketika utusan gubernur tiba, ia menyambutkan, lalu mengeluarkan roti kering dan berkata: “Katakan kepada tuanmu, aku tidak bisa menerima apa yang ia berikan, selama aku bisa mendapatkan ini, sudah cukup bagiku“.
Subhanallah, alangkah mulianya jiwa tersebut. Maka, tidaklah berlebihan ketika Imam Sufyan bin Uyainah –rahimahullahu– berkata: “Siapa yang ingin melihat orang yang diciptakan dari emas dan kasturi, hendaklah ia melihat kepada Al-Khalil bin Ahmad Al-Farahidi.“
Karya Ilmiyyah
Beliau memiliki banyak karya ilmiyah/buku, diantaranya:
Mu’jam Al-‘Ain ( مُعْجَمُ / كِتَابُ العَيْنِ ) merupakan kamus pertama dalam bahasa Arab.
Kitab An-Nagham ( كِتَابُ النَّغَمِ ).
Kitab Al-‘Aruudh ( كِتَابُ العَرُوْضِ ).
Kitab Asy-Syawaahid ( كِتَابُ الشَّوَاهِدِ ).
Kitab An-Nuqath wa Asy-Syakl ( كِتَابُ النُّقَطِ وَالشَّكْلِ ).
Kitab Al-Iiqaa’ ( كِتَابُ الإِيْقَاعِ ).
Kitab Ma’aanii Al-Huruuf ( كِتَابُ مَعَانِي الحُرُوْفِ ).
Kitab An-Nagham ( كِتَابُ النَّغَمِ ).
Kitab Al-‘Aruudh ( كِتَابُ العَرُوْضِ ).
Kitab Asy-Syawaahid ( كِتَابُ الشَّوَاهِدِ ).
Kitab An-Nuqath wa Asy-Syakl ( كِتَابُ النُّقَطِ وَالشَّكْلِ ).
Kitab Al-Iiqaa’ ( كِتَابُ الإِيْقَاعِ ).
Kitab Ma’aanii Al-Huruuf ( كِتَابُ مَعَانِي الحُرُوْفِ ).
Wafat
Beliau wafat di kota Basra – Iraq pada bulan Jumada Al-Aakhirah tahun 174HH, pada masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid dari Dinasti Abbasiyyah.
Imam Adz-Dzhabi menyebutkan di bukunya Tarikh Al-Islam sebuah kisah yang menjelaskan sebab meninggalnya beliau, diriwayatkan bahwa ia (Al-Khalil) berkata: “Aku sedang memikirkan sebuah metode, supaya Al-Hisab (Matematika) mudah difahami oleh orang awam“. Lalu ia masuk ke masjid sambil terus berfikir, dan tanpa disadari ia menabrak tiang yang ada di depannya, lalu ia jatuh dan wafat setelahnya.
Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa ia menabrak tiang ketika sedang taqtii’ asy-syi’r (istilah untuk sebuah kegiatan dalam ilmu Al-‘Arudh), dan meninggal setelahnya.
Imam Adz-Dzhabi menyebutkan di bukunya Tarikh Al-Islam sebuah kisah yang menjelaskan sebab meninggalnya beliau, diriwayatkan bahwa ia (Al-Khalil) berkata: “Aku sedang memikirkan sebuah metode, supaya Al-Hisab (Matematika) mudah difahami oleh orang awam“. Lalu ia masuk ke masjid sambil terus berfikir, dan tanpa disadari ia menabrak tiang yang ada di depannya, lalu ia jatuh dan wafat setelahnya.
Ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa ia menabrak tiang ketika sedang taqtii’ asy-syi’r (istilah untuk sebuah kegiatan dalam ilmu Al-‘Arudh), dan meninggal setelahnya.
Catatan :
Diambil dari
http://www.belajarbahasaarab.org/2015/10/biografi-al-khalil-bin-ahmad-al-farahidi.html
Diambil dari
http://www.belajarbahasaarab.org/2015/10/biografi-al-khalil-bin-ahmad-al-farahidi.html
1 comments so far
Ditunggu biografi yang lainnya...
SILAHKAN BERKOMENTAR DENGAN KATA-KATA YANG BIJAK, KOMENTAR SEPENUHNYA TANGGUNG JAWAB ANDA
EmoticonEmoticon